Rabu, 18/05/2011 17:17 WIB
Norma Anggara - detikSurabaya
Foto: Norma Anggara
Surabaya - Pesatnya perkembangan dunia bisnis, makin banyak pula cara membuka ivestasi. Mulai dari trend bursa saham, valuta asing, investasi emas, dan yang baru adalah investasi lukisan. Meski tak ada jaminan, investasi lukisan justru melatih insting terhadap nilai suatu karya seni rupa.
Acuan atau indikasi yang dapat dilihat kasat mata yakni symbolic value. Indikasi ini dilihat dari nilai kultural dari benda seni itu sendiri, yang nantinya mampu menopang economic value. Sebuah karya seni yang sekadar jual brand tanpa kreativitas baru, maka akan jatuh menjadi sekadar barang, sekadar benda.
"Kalau ada lukisan dengan harga Rp 10 juta misalnya, kita lihat dulu bagaimana sosok pelukisnya, lukisannya, apakah punya symbolis value yang berbobot?," terang Director AJBR Gallery, Soebagio Widjaja saat berbincang di galerinya Jalan Ratna, Rabu (18/5/2011).
Yang penting, lanjut dia, tahap pertama yang perlu dilalui adalah membeli lukisan dengan hati senang. Insting kita akan bermain saat kita ikhlas berbuat (membeli kulisan), apakah harga lukisan ini akan merangkak naik, tetap atau bahkan anjlok saat 5 hingga 10 tahun ke depan.
Kredibilitas pelukis juga diperhatikan, apakah ia benar-benar artist atau sekedar tukang gambar yang hanya menerima pesanan. Pelukis yang benar-benar artist itu memiliki ide dan perjalanan lukis tersendiri di masa hidupnya, itulah yang nantinya juga ikut menjadi faktor harga sebuah lukisan akan merangkak drastis atau sebaliknya.
"Ada pelukis yang benar-benar mencintai art, tapi ada juga yang sekadar tukang gambar menerima pesanan. Value ini juga yang menjadi faktor naik turun harga lukisan," terangnya.
Pada 2006 lalu, pelukis Indonesia dimanja dengan mudahnya menjual sebuah lukisan dengan harga selangit. Namun, berangsur kemudian, Indonesia mengalami krisis ekonomi, dunia pun ikut terombang-ambing. Keadaan ini pula lah yang tak ditepis juga membuat denyut investasi lukisan semakin kendur.
Untuk mendongkrak jumlah kolektor lukis angkatan baru, Soebagio mengaku akan mendatangkan pelukis papan atas asal Jogjakarta dan Bali. Tujuannya supaya geliat investasi lukisan makin digeamri oleh khalayak, terutama untuk para kolektor.
Tanggal 21 Mei 2011 nanti, AJBS Gallery akan membuka ruang untuk 12 perupa Jogja dan Bali memperkenalkan karyanya yang beraliran realis, dekoratif dan ekspresionisme di Surabaya.
"Karena pada dasarnya, jumlah peminat dan kolektor lukisan dari Surabaya paling banyak bila dibanding kota-kota besar lainnya di Indonesia. Maka harus kita bangkitkan lagi minat investasi lukisnya," pungkasnya.
(nrm/fat)
Acuan atau indikasi yang dapat dilihat kasat mata yakni symbolic value. Indikasi ini dilihat dari nilai kultural dari benda seni itu sendiri, yang nantinya mampu menopang economic value. Sebuah karya seni yang sekadar jual brand tanpa kreativitas baru, maka akan jatuh menjadi sekadar barang, sekadar benda.
"Kalau ada lukisan dengan harga Rp 10 juta misalnya, kita lihat dulu bagaimana sosok pelukisnya, lukisannya, apakah punya symbolis value yang berbobot?," terang Director AJBR Gallery, Soebagio Widjaja saat berbincang di galerinya Jalan Ratna, Rabu (18/5/2011).
Yang penting, lanjut dia, tahap pertama yang perlu dilalui adalah membeli lukisan dengan hati senang. Insting kita akan bermain saat kita ikhlas berbuat (membeli kulisan), apakah harga lukisan ini akan merangkak naik, tetap atau bahkan anjlok saat 5 hingga 10 tahun ke depan.
Kredibilitas pelukis juga diperhatikan, apakah ia benar-benar artist atau sekedar tukang gambar yang hanya menerima pesanan. Pelukis yang benar-benar artist itu memiliki ide dan perjalanan lukis tersendiri di masa hidupnya, itulah yang nantinya juga ikut menjadi faktor harga sebuah lukisan akan merangkak drastis atau sebaliknya.
"Ada pelukis yang benar-benar mencintai art, tapi ada juga yang sekadar tukang gambar menerima pesanan. Value ini juga yang menjadi faktor naik turun harga lukisan," terangnya.
Pada 2006 lalu, pelukis Indonesia dimanja dengan mudahnya menjual sebuah lukisan dengan harga selangit. Namun, berangsur kemudian, Indonesia mengalami krisis ekonomi, dunia pun ikut terombang-ambing. Keadaan ini pula lah yang tak ditepis juga membuat denyut investasi lukisan semakin kendur.
Untuk mendongkrak jumlah kolektor lukis angkatan baru, Soebagio mengaku akan mendatangkan pelukis papan atas asal Jogjakarta dan Bali. Tujuannya supaya geliat investasi lukisan makin digeamri oleh khalayak, terutama untuk para kolektor.
Tanggal 21 Mei 2011 nanti, AJBS Gallery akan membuka ruang untuk 12 perupa Jogja dan Bali memperkenalkan karyanya yang beraliran realis, dekoratif dan ekspresionisme di Surabaya.
"Karena pada dasarnya, jumlah peminat dan kolektor lukisan dari Surabaya paling banyak bila dibanding kota-kota besar lainnya di Indonesia. Maka harus kita bangkitkan lagi minat investasi lukisnya," pungkasnya.
(nrm/fat)
No comments:
Post a Comment