Monday, July 11, 2011

Hou Qing dan Goresan Kaku di Rambut Gadis Cantik


Suara Pembaharuan  Rabu, 20 April 2011 | 11:29



Hou Qing dan pemilik Fang Gallery, Felicia Guo
Dia dianggap sebagai salah satu seniman besar pascarevolusi budaya yang terjadi di Tiongkok. Karya-karyanya sangat fenomenal dan selalu dipamerkan di pusat kebudayaan Tiongkok dan manca negara. Hou Qing banyak dipengaruhi perpaduan budaya barat dan timur dalam lukisannya, serta pengaruh ajaran Confusiusme dan Taoisme.

Ketika pintu demokrasi Tiongkok masih tertutup, Hou seperti juga seniman lainnya kebanyakan membuat karya-karya tentang pemimpin dan pahlawan di negara itu. Tetapi setelah terjadinya revolusi budaya ketiga (tragedi Tiananmen 1989) di negeri tirai bambu tersebut, terjadi perubahan total dari subyek karya seni.

Apa yang menjadi inspirasi, tak lagi mengenai kehidupan orang-orang yang hebat, tetapi mengarah ke sesuatu yang khusus dengan bangkitnya tren folk art. Contohnya, seniman besar Tiongkok yang lain, Zhou Chunya yang banyak menghabiskan waktunya membuat karya seni anjing berwarna hijau.

Perubahan tema karya pun dilakukan oleh para seniman negara itu. Seiring dengan bertumbuhnya ekonomi dan kehidupan kota besar. Banyak seniman Tiongkok menunjukan perhatiannya pada hal tersebut. Dan, Hou Qing merupakan salah satu di antara para seniman yang sukses mengangkat tema tersebut.

Hou lahir di Provinsi Hubei pada 1969. Pada periode tersebut, Tiongkok tengah berada di era revolusi budaya kedua, di mana mulai muncul gejolak sosial dan politik dari masyarakat yang mulai menganggap program “Lompatan Jauh ke Depan” yang didengung-dengungkan sang pemimpin revolusi Mao Zedong, belum mampu membawa kesejahteraan.

Awalnya, Hou hanyalah seorang guru seni di sekolah di Hubei. Namun, ia kemudian memutuskan untuk menjadi seniman profesional, dan melepas pekerjaannya. Untuk menjadi seorang pelukis profesional, Hou belajar terlebih dahulu di pusat akademi seni di Beijing dengan mengambil jurusan seni lukis cat minyak.

Saat belajar itulah, ia memutuskan menjadi seorang seniman independen dan tinggal di ibu kota Tiongkok. Sambil belajar, Hou juga berlatih memadukan gaya barat dan timur di dalam kanvas cat minyaknya. Ia menambah ilmunya dengan belajar sejarah seni barat dan juga mencoba mengenali filosofi seni dari barat.

Hou membutuhkan waktu lebih dari satu dekade untuk menyelesaikan lukisan-lukisan bertema lotus (teratai) sebagai hasil karya penggabungan seni budaya timur dan barat. Tiga tahun setelah memutuskan menjadi seniman independen, Hou membuat pameran karyanya di Taiwan.

Kemudian pada 1996, ia membuat pameran lukisan dan kaligrafi di pusat kebudayaan di Beijing. Hou sempat selama 10 tahun mendalami seni kaligrafi zaman Dinasti Qi. Kemampuan dan gaya melukisnya memukau di Taiwan sehingga, ia kemudian diminta menjadi guru khusus seni lukis akademi Tiongkok di Taipei.

Setelah itu, namanya mulai dikenal luas di Asia. Beberapa kali ia diminta mengadakan pameran karyanya di Singapura dan di Jakarta. Seri karya Hou yang paling diminati adalah tema A Tale of Pi-Pa. Untuk tema yang terinspirasi dari puisi romantis Kidung Kecapi karya seniman terkemuka Tiongkok Bai Juyi ini menampilkan, sebanyak 16 lukisan cat minyak di atas kanvas.

Subjek yang diambil terfokus pada gadis-gadis cantik metropolitan. Lukisan-lukisannya bisa dilihat dalam pameran bertema “Beauty-Hou Qings Work” di Fang Gallery yang terletak di lantai 27 The Plaza Jakarta pada 18 Maret-8 Mei 2011. Warna dan tekstur pada goresan lukisan di kulit para gadis-gadis oriental yang menjadi subjek Hou terlihat jelas terpengaruh gaya barat.

Namun, ia masih tetap memadukan teknik Chinnese Ink Painting, khususnya pada bagian rambut. “Ini yang menjadi ciri khas Hou, bagaimana pun sempurnanya gadis-gadis yang ia lukis dari badan hingga ke kepala, khusus bagian rambutnya, ada goresan-goresan kaku yang dipengaruhi gaya Tiongkok,” ungkap Sin Yan dari Fang Gallery. 

Hou mampu mengembangkan gayanya sendiri, hasil perpaduan barat dan timur, dalam lukisannya. Sebuah hasil karyanya itu bahkan dihargai pencinta seni hingga harus merogoh kocek ratusan juta rupiah.  [L-9]

No comments:

Post a Comment